Tuesday 26 June 2018 1 komentar

Akhirnya .... si kecil bisa lepas dari botol dot

Memutuskan  hubungan antara si kecil dan botol dot adalah perkara yang tak mudah karena butuh strategi  dan negosiasi  yang tepat. 

Sebenarnya saat awal kelahiran  si kecil, saya kurang setuju pada pemakaian  dot karena 'katanya' bakal ketergantungan  dan sulit lepas. Ketika mendaftarkan  si kecil ke daycare, kami pun pernah menanyakan  kesanggupan pihak daycare untuk memberikan ASIP tanpa melalui dot  dan pada saat itu pihak daycare menyatakan akan 'mengusahakan' namun mungkin pihak daycare terlalu lelah untuk memenuhi  permintaan kami.

Permintaan  kami tersebut hanya bisa diusahakan selama dua hari saja.  Memasuki hari kedua kami disarankan  untuk segera membeli botol dot. Akhirnya mau-tak-mau kami pun membelikan botol dot untuk si kecil. Tak tanggung-tangung kami pun kemudian  mencoba beraneka  jenis botol susu,  ada yang botol plastik, botol kaca dan ada pula botol stainless. Jenis diameter leher botolnya juga Ada yang standar neck ada juga yang wide neck lengkap dengan conventer-nya. 

Kami berhenti menggunakan botol susu berbahan plastik setelah hampir setahun pemakaian,  kami menghentikan  pemakaian  botol susu plastik setelah membaca artikel tentang masa kadaluarsa pemakaian botol susu plastik disana dijelaskan tentang efek negatif pemakaian  botol plastik dalam jangka panjang. 

Setelah berhenti menggunakan botol plastik,  kami cuma menggunakan dua jenis botol susu, yaitu yang berbahan kaca dan yang berbahan stainless

Botol susu berbahan stainless dipakai untuk minum susu di daycare sedangkan botol susu berbahan kaca untuk dipakai dirumah. 

Semua baik-baik saja hingga pada  tanggal 4 Mei 2017. Prenngggg,... . Suara benda pecah terdengar  dari kamar belakang saat  itu saya sedang mencuci piring di dapur. Setelah menghampiri  tempat asal sumber  suara ternyata  benar dugaan saya, botol susu si kecil sudah pecah berkeping-keping di lantai. 

Sebelumnya saya sudah memperingatkan  si kecil supaya si kecil minum susu sambil duduk di kursi, tapi tidak pernah dihiraukan. Kami pun mencoba bersabar  setiap melihat Noda tumpahan susu di kasur dan sprei .

Kejadian  pagi hari ini adalah ketiga kalinya si kecil memecahkan  botol susunya. Beruntung selama tiga kejadian  tersebut  si kecil tak pernah terluka sedikitpun. Dan kejadian pagi ini merupakan peristiwa paling bersejarah karena si kecil memecahkan botol susu berbahan kaca yang terakhir miliknya. 

"minum susunya sambil duduk lah,  tuh lihat botolnya malah pecah" itu kira-kira yang saya ucapkan pada si kecil sambil membereskan pecahan kaca.

"mulai sekarang minum susu pakai gelas ya" saya mencoba menegaskan bahwa tak akan ada lagi botol susu pengganti. Si kecil menanggapinya dengan menangis.
Rasa senang bercampur  sedih jadi satu dalam pikiran  saya.  Senang karena punya alasan kuat supaya si kecil 'putus' dari botol dot setelah beberapa kali gagal pada nego sebelumnya. Namun juga sedih karena harus berkali-kali  memberikan penjelasan sambil  memandang  wajah kecewa si kecil. 

Beruntung, saat saya  komunikasikan dengan pihak daycare juga kooperatif untuk pelan-pelan mengalihkan metoda minum susu si kecil.  Pada  saat itu si kecil masih menolak minum dari gelas, menolak botol sedotan dan juga menolak botol spout, tapi si kecil sangat suka minum susu UHT. Akhirnya dalam beberapa minggu terakhir, si kecil  dibekali  lebih banyak susu UHT lagipula si kecil  sudah berusia 2 tahun. 

Cara ini cukup berhasil untuk mengurangi intensitas pemakaian  botol dot,walaupun belum lepas sepenuhnya  karena si kecil  masih menagih botol dot saat mulai ngantuk supaya bisa minum sambil  tiduran.

Hingga pada suatu ketika sekitar bulan agustus 2017, botol dot miliknya satu-satunya (yang berbahan stainless) secara tak sengaja tertinggal di daycare. Padahal itu terjadi pada hari jumat, yang artinya si kecil harus bertahan tanpa botol dot kesayangan hingga hari senin (si kecil hanya dititipkan pada hari kerja saja mulai senin sampai jumat).

Jumat malam si kecil merengek minta botol dot, sepanjang hari sabtu dan minggu pun si kecil masih teringat botol dot kesayangannya.

Setiap si kecil merengek kami mencoba jelaskan bahwa sudah waktunya si kecil berhenti nge-dot dengan alasan bahwa si kecil sudah besar buktinya adalah si kecil sudah punya gigi hingga setiap nipple botol dot yang dimiliki selalu cepat rusak karena digigiti, sambil membawa si kecil ke cermin untuk menunjukkan giginya dan juga menunjukkan koleksi nipple dot yang sudah rusak digigiti.

Berikutnya jika masih merengek  kami membujuknya untuk minum susu pakai gelas atau sedotan.  Kami juga menggunakan  media boneka mainan si kecil untuk menunjukkan bahwa botol dot hanya boleh digunakan untuk yang masih bayi.

Setelah sabtu-minggu berhasil minum tanpa dot pada hari senin-nya saya ke daycare untuk meminta pihak daycare jangan menunjukkan  botol susu anak saya yang tertinggal. Permintaan  saya pun kemudian  dikabulkan,  dalam waktu kurang/lebih satu bulan si kecil pun sudah bisa move on dari botol susunya walaupun ada sedikit drama dalam prosesnya. 

Comments
1 Comments

1 komentar :

  1. boleh numpang promo ya.? siapa tau kakak juga minat.. :)

    Popok Bambo Nature di desain untuk meminimalisasikan resiko dari alergi dan ruam

    Jual Bambo Nature Size

    ReplyDelete